Pepatah ini sudah populer ditengah kehidupan masyarakat Jawa. Arti pepatah tersebut yaitu tinggi rendahnya derajat diri manusia tergantung dari ucapannya dan pakaian yang dikenakannya. Oleh karena itu, berdasarkan pepatah ini manusia dianjurkan untuk selalu berhati-hati dalam setiap ucapannya. Ia harus selalu berucap yang baik dan dengan cara yang baik pula.
Disamping itu, manusia juga harus selalu berpakaian yang baik dan sopan.
Negeri kita sangat menjunjung norma atau sopan santun dalam bertutur kata, apalagi orang Jawa. Maka tidak heran jika orang Jawa mempunyai pedoman bahwa ‘derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari tutur bahasanya.’ Setinggi apapun pangkat seseorang, namun tidak mempunyai norma dalam berkata, maka dia akan rendah derajatnya. Sebanyak apapun ilmu atau gelar yang dimiliki seseorang, jika tidak sopan dalam berucap, maka ilmu dan gelarnya tiada guna. Sebanyak apapun harta yang dimiliki seseorang jika tidak mempunyai unggah-ungguh basa, maka dia tiada hormat sedikitpun baginya. Oleh karena itu penting sekali memperhatikan masalah unggah-ungguh basa.
Masalah bahasa memang merupakan masalah yang penting. Bahasa merupakan masalah pokok dalam kehidupan, bahkan merupakan kebutuhan utama. Sebab setiap hari, setiap saat, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik kita membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu penggunaan bahasa harus menjadi perhatian kita.
Dalam tingkatan bahasa jawa memiliki tingkatan yaitu bahasa jawa ngoko, bahasa Jawa krama, bahasa jawa krama inggil, bahasa jawa krama madya dan jenis bahasa yang lain. Namun untuk tingkat dasar penguasaan mengenai ketiga jenis bahasa jawa yaitu ngoko, krama dan krama inggil yang dirasa cukup untuk digunakan sebagai patokan dalam berbicara sehari-hari.
Belajar bahasa jawa itu sulit bila asal bicara saja, karena setiap tingkatannya mereka punya penyebutannya sendiri. Namun apabila dipelajari lebih dalam, bukan merupakan sesuatu yang sulit. Untuk itulah dalam membentuk karakter anak didik, diharapkan pendidikan bahasa jawa dapat ikut membentuk karakter anak didik.
Bahasa jawa yang seyogyanya dipakai anak berbicara dalam sehari-hari di rumah yang memiliki tingkatan. Bagaimana berbicara anak dengan sepadan artinya di usia yang hampir sama. Bahasa Jawa ngoko biasanya digunakan dengan anak yang usianya hampir sama, kalau bahasa krama atau bahasa krama inggil digunakan untuk bicara dengan orang yang lebih tua. Tingkatan inilah yang dapat membiasakan anak didik akan lebih sopan terhadap orang tua. Tidak mungkin anak akan memaki orang yang lebih tua dengan kata kasar.
Memang suatu kebanggan ketika mempunyai anak yang bisa berbahasa Indonesia atau bahkan berbahasa Inggris dengan lancar di usia dini. Tetapi tidak seharusnya kita lupa untuk mengajarkan bahasa daerah kita kepada anak-anak. Yang terjadi, justru mereka melupakan bahasa daerahnya beserta fungsi-fungsinya. Mereka tidak mau tahu tentang apa fungsi bahasa daerah dari sisi yang lain.
Bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku atau kelompok etnis di tanah air. Tiap kelompok etnis mempunyai bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam komunikasi antaretnis atau sesama suku. Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan; apakah itu pada suatu daerah kecil, negara bagian federal atau provinsi, atau daerah yang lebih luas.
Dalam kedudukannya sebagai Bahasa Daerah sendiri, maka Bahasa Daerah sendiri berfungsi sebagai:
1. Sebagai lambang kebanggan daerah
2. Lambang identitas daerah
3. Alat penghubung di dalam keluarga dan masyarakat daerah
Bahasa Jawa sebagai budaya daerah terus berkembang sehingga harus tetap dilestarikan agar budaya luhur ini tidak hilang. Hal ini disebutkan secara jelas dalam Pasal 36 UUD 1945 bahwa bahasa daerah yang dipelihara dengan baik oleh rakyatnya akan dipelihara juga oleh negara. Selain itu mempelajari bahasa Jawa merupakan wujud kecintaan anak didik kepada leluhurnya, karena ternyata bahasa Jawa juga menyimpan beragam keindahan yang tak terhitung nilainya. Saat ini bisa kita lihat banyak sekali turis asing yang ingin mempelajari bahasa jawa beserta kebudayaan jawa. Di Belanda terdapat sendiri terdapat Universitas yang mempelajari bahasa jawa. Di Suriname yang namanya dulu merupakan negara jajahan Belanda banyak orang jawa yang dipekerjakan disana, akhirnya orang Surinamepun juga menggunakan bahasa jawa walaupun bahasa nasionalnya adalah bahasa Belanda.
Oleh sebab itu sebagai seorang yang berdomisili di Jawa dan asli suku Jawa. Alangkah indahnya kalau kita menggunakan bahasa jawa dalam kehidupan sehari-hari. Terutama orang tua yang berperan sebagai pendidik di rumah sebaiknya mengajak anaknya untuk menggunakan bahasa jawa bukan malah menggalakkan bahasa inggris yang diajarkan.
Dari uraian di atas, dapat kita telaah tentang betapa pentingnya masalah bahasa. Maka tepat bila ada suatu ungkapan, “bahasa adalah karakter yang utama”. Dari beberapa karakter baik yang perlu dimiliki seseorang, bahasa yang baik merupakan karakter yang harus diutamakan. Bahkan dalam konteks agama, bahasa atau ucapan menjadi tolak ukur keimanan seseorang.
Dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad saw. dijelaskan bahwa “barang siapa mengaku beriman kepada Allah SWT. dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam”. Dalam Hadits ini dijelaskan bahwa perkataan yang baik merupakan ciri orang beriman. Perkataan baik di sini bisa berarti isinya baik, tata bahasanya baik dan cara penyampaiannya juga baik. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk selalu berkata yang baik.
Begitu pentingnya bahasa dalam kehidupan kita sehari-hari, juga dalam norma keindonesiaan serta dalam konteks keberagamaan. Semoga Allah selalu menjaga kita untuk senatiasa bertutur kata dengan baik. Sebagai orang tua, kita bisa membimbing dan memberi teladan ucapan yang baik bagi putra-putri kita tercinta.
Penulis :
- Diva Yuniar (XII IPS 1)
- Renitasari (XII IPS 1)
Penyunting : Tim redaktur