Filosofi Tembang Macapat

Rina Rafitasari

Tembang Macapat merupakan salah satu kelompok tembang yang sampai saat ini masih diuri-uri (dilestarikan) oleh orang Jawa. Ada sebelas tembang dalam macapat, masing-masing memiliki karakter dan ciri yang berbeda, memiliki wataknya sendiri, dan memiliki aturan-aturan penulisan khusus dalam membuatnya. Aturan khusus tersebut biasa disebut sebagai wewaton (guru/patokan). Dalam macapat terdapat 3 guru yakni guru gatra (banyaknya jumlah baris dalam satu bait), guru wilangan (banyaknya suku kata dalam setiap baris) dan guru lagu (jatuhnya suara vokal dalam setiap baris/dhong-dhing)

Dalam perkembangannya tembang macapat mengalami perbedaan tafsir. Meski terdapat banyak perbedaan tafsir macapat, namun pada aturan-aturan baku tetap sama. Guru gatra, guru wilangan dan guru lagusemua tetap menggunakan patokan yang sama. Tembang macapat diyakini sebagian besar orang Jawa sebagai kelompok tembang yang memiliki makna proses hidup manusia, proses Tuhan memberikan ruh-Nya, hingga manusia tersebut kembali kepada-Nya. Sifat-sifat manusia sejak lahir hingga kematiannya digambarkan dengan runtut dalam sebelas tembang macapat.

Adapun sebelas tembang macapat itu adalah:

1. Maskumambang

Maskumambang menjadi pratanda dimulainya kehidupan manusia di dunia, tembang macapat ini memberi gambaran tentang janin dalam kandungan ibu ketika sedang hamil. Arti kata Maskumambang sendiri banyak yang memaknai sebagai emas yang terapung (emas kumambang).

2. Mijil

Kehadiran manusia di dunia ini digambarkan oleh tembang macapat yaitu tembang mijil, yang artinya sama dengan wijil yaitu keluar dari perut ibu.

3. Kinanti

Dalam filosofi tembang macapat kinanti adalah masa di mana seorang anak sedang dibimbing dan diarahkan oleh orang tuanya supaya dapat menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.

4. Sinom

Sinom berasal dari kata enom yang artinya muda. Masa muda ini digunakan untuk menuntut ilmu, mencari teman dan mencari jati diri.

5. Asmaradana

Asmaradana menggambarkan gejolak asmara di kehidupan manusia. Masa ini dimulai saat manusia mulai ada ketertarikan dengan lawan jenis yaitu saat remaja.

6. Gambuh

Gambuh dapat diartikan jumbuh yaitu cocok atau sepaham, menggambarkan babak baru dalam kehidupan manusia yaitu memasuki masa masa pernikahan.

7. Dhandanggula

Menggambarkan proses suka duka dalam berumah tangga yang harus dilewati bersama-sama. Mulai mapan dalam berkeluarga dan dapat mencukupi kebutuhan hidup sekeluarga

8. Durma

Durma berasal dari kata derma yang artinya memberi rejeki kepada orang lain. Saat segala kebutuhan sudah tercukupi dan sudah tidak ada kekurangan apapun, manusia mulai memikirkan untuk berbagi rejeki kepada orang lain. Namun tak jarang setelah merasa cukup dia malah bersikap sombong dan angkuh.

9. Pangkur

Pangkur berasal dari kata mungkur (mundur/mungkur). manusia mulai mundur dari nafsu duniawi dan mulai memikirkan kehidupan setelah meninggal nanti. Setelah semua kebutuhan di dunia terpenuhi giliran manusia mencari bekal untuk kehidupan yang abadi kelak.

10. Megatruh

Megatruh adalah tembang macapat yang menggambarkan manusia saat sakaratul maut. Megat berarti berpisah, ruh artinya nyawa  yang artinya berpisah antara jiwa dan raga dan kembali ke asalnya.

11. Pocung

Badan yang telah ditinggalkan oleh ruhnya kemudian disucikan sebelum dikembalikan ke tanah. Jasad kemudian dimandikan dan dibungkus dengan kain kafan dan disebut pocong. Tembang macapat pocung adalah tembang yang mengingatkan kita akan kematian. Tembang ini menjadi yang terakhir dari sebelas tembang macapat.

Ditulis oleh : 1. Diva Yuniar Widiasih XII IPS 1

                      2. Renitasari XII IPS 1

Penyunting : Tim redaktur

Next Post

MANFAAT JAHE MERAH

  Jahe merah adalah salah satu obat alami yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, baik untuk minuman tradisional maupun untuk pengobatan. Jahe merah termasuk tanaman rempah-rempahan, jahe merah memiliki ciri fisik yaitu warnanya berwarna merah karena kandungan antosianin pada kulitnya. Jahe merah memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai bahan pengobatan. Dikutip […]