Oleh: Rina Rafitasari, S.Pd.
Pemerintah telah menghimbau masyarakat untuk tidak mudik pada masa pandemi ini. Polisi dan petugas kesehatan diterjunkan ke jalan-jalan untuk melakukan penyekatan. Dengan begitu, orang yang ada di perantauan melakukan berbagai hal mulai dari masuk ke dalam mobil bak bersama dengan sayuran; dengan motoran ramai-ramai, dan ada yang mencari jalan tikus.
Doni : “Bud, bagaimana ini ya? Kita tidak bisa mudik ini kalau polisi di mana-mana?”
Budi : “Iya ini, kita sudah dua tahun ini tidak boleh pulang. Masak sekarang tidak boleh pulang lagi?”
Doni : “Kita besok perlu pakai jalan tikus. Pasti berhasil. Kamu mau ikut?”
Budi : “Ya, tentu. Apa pun akan saya lalui.”
Doni : “Besok jam 9 ya!”
Budi : “Siap”
Sampai pada hari yang ditunggu-tunggu.
Doni : Mana ini si Budi? Saya telepon lah, daripada saya harus nunggu kelamaan.
Kring..kring..kring
Budi : “Don, ternyata pakai jalan tikus susah ya?”
Doni : “Susah bagaimana?”
Budi : “Kekecilan jalan tikusnya. Saya jadi kesulitan masuk. Ukuran saya kan lebih besar daripada tikusnya. Saya harus gali lobang dulu agar ukurannya cukup untuk saya”
Doni :”Haaaa????? Yang dimaksud saya, jalan tikus bukan tikus betulan. Tapi lewat jalan kecil, jalan alternative yang dijaga sama polisi.”
Budi : “Owalah, bilang kalau begitu? Pantas nggak sampai-sampai.”