Halo, Sobat Dasanesian! Bagaimana kabar kalian? Berbicara tentang kesenian, kalian pasti sudah tahu salah satu kesenian warisan budaya Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO yaitu wayang, bukan? Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia dan berkembang pesat di Pulau Jawa. Nah, kali ini kita akan bahas salah satu tokoh pewayangan yang terkenal dari Pandawa, yaitu Raden Werkudara.
Raden Werkudara atau Bima merupakan putra dari Dewi Kunthi dan Prabu Pandudewanata. Tetapi, sebenarnya Bima merupakan putra dari Batara Bayu dan Dewi Kunthi. Werkudara dikenal pula dengan nama Balawa, Bratasena, Birawa, Kusumayuda, Kusumadilaga, Pandusiwi, Bayusuta, Sena, atau Wijasena. Ia adalah kakak kedua dari Pandawa.
Bima adalah putra Bathara Bayu, maka ia memiliki kesaktian untuk menguasai angin. Werkudara memiliki saudara Tunggal Bayu yaitu, Anoman, Gunung Maenaka, Garuda Mahambira, Ular Naga Kuwara,Liman/ Gajah Setubanda, Kapiwara, Yaksendra Yayahwreka, dan Pulasiya yang menunggal dalam tubuh Anoman sesaat sebelum perang Alengka terjadi (zaman Ramayana).
Raden Werkudara adalah salah satu anggota Pandawa Lima, yang memiliki kesaktian tiada tara. Beliau memiliki putra yang sangat terkenal di dunia wayang. Raden Werkudara memiliki 3 putra, yaitu Gatut Kaca, Antareja, dan Antasena.
Bima memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh, jujur dan bijaksana serta menganggap semua orang sama derajatnya. Sehingga dia digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus ataupun duduk di depan lawan bicaranya, kecuali kepada Dewa Ruci, dewanya yang sejati, ia berbicara halus dan mau menyembah. Selama hidupnya Werkudara berguru pada Resi Drona untuk olah batin dan keprajuritan, Begawan Krepa, dan Prabu Baladewa untuk ketangkasan menggunakan gada.
Werkudara sangat mahir dalam bermain gada, serta memiliki berbagai macam senjata, antara lain: Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa , dan Bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang dimilikinya antara lain: Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuglindhu, Aji Bayubraja dan Aji Blabak Pangantol-antol.
Dalam pencarian jati dirinya, Bima sering diberi tugas oleh gurunya (Drona) yang sesungguhnya dihasut oleh para Korawa untuk membunuh Bima yang terasa mustahil untuk dikerjakan, seperti mencari kayu gung susuhing angin dan air banyu perwitasari. Bima mendapatkan banyak halangan ketika mencari kayu gung susuhing angin dan banyu perwitasari, seperti harus bertarung dengan raksasa ataupun dengan ular naga. Akan tetapi, semua halangan bisa disirnakan. Itu sebagai simbol bahwa kejahatan selalu kalah dengan kebaikan.
Bima masuk ke dalam tubuh Dewaruci lewat telinga kiri. Sampailah Bima di gua garba. Seperti namanya guwa garba yang berarti Rahim, tempatnya bayi yang masih suci, Bima merasakan nyaman yang luar biasa. Orang suci akan lebih dekat dengan Tuhannya sehingga menimbulkan rasa nyaman. Di dalam guwa garba, dilihatnyalah berbagai warna yang merupakan perlambang dari hawa nafsu, nafsu mutmainah, supiah, aluwamah, dan amarah.
Keluarlah bima dari tubuh Dewaruci. Bima bercerita apa yang dia rasakan. Dewaruci menjelaskan bahwa kesempurnaan itu sebenarnya berada dalam diri sendiri, bukan di gunung maupun di laut, asalkan kita mau menjauhi hawa nafsu yang tidak baik. Nafsu muncul dari Sembilan lubang yang ada di tubuh manusia, yang disebut hawa sasanga. Hal itu mengandung moral bahwa agar kita bisa menjadi manusia yang sempurna, maka jauhilah hawa nafsu yang tidak baik, yang melekat dalam diri manusia.
Itulah tadi cerita singkat mengenai salah satu tokoh pewayangan, yakni Raden Werkudara. Mari kita lestarikan kesenian asli negara tercinta kita Indonesia dan mengenalkannya kepada dunia ya, Dasanesian.
Penulis :
- Dika Ristiningsih, XII MIPA 4
- Mugi Lestari, XII MIPA 4
Penyunting: Tim redaktur